Gus Dur (Instagram/@gurdurian.ig) |
SejarahID.com – Kabupaten Jombang memiliki sejarah yang kaya dalam melahirkan tokoh-tokoh besar yang memberikan kontribusi penting bagi Indonesia. Dalam artikel ini, kami akan mengenang beberapa tokoh kharismatik dari Jombang yang telah memberikan inspirasi dan perubahan yang signifikan. Mari kita kenali lebih dalam para tokoh ini dan warisan yang mereka tinggalkan.
1. KH Hasyim Asy’ari: Bapak NU dan Pahlawan Nasional
KH Hasyim Asy’ari adalah salah satu tokoh terkemuka dari Jombang. Ia lahir di Kabupaten Demak, Jawa Tengah pada tanggal 10 April 1875 dan meninggal di Jombang pada 25 Juli 1947. KH Hasyim Asy’ari adalah pendiri Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia. Ia dijuluki dengan sebutan “Hadratus Syeikh” atau maha guru oleh Nahdliyin dan ulama pesantren. KH Hasyim Asy’ari juga memiliki gelar “hadratussyekh” yang menggambarkan tingginya kualifikasi keilmuannya dalam bidang ilmu hadits.
Pada tahun 1899, KH Hasyim Asy’ari mendirikan Pesantren Tebu Ireng, yang kemudian menjadi pesantren terbesar dan terpenting di Jawa pada abad ke-20. Ia juga menjadi salah satu pemrakarsa berdirinya NU pada tahun 1926. Selama perjuangan melawan penjajah, ia memfatwakan bahwa perang melawan Belanda adalah jihad (perang suci). KH Hasyim Asy’ari juga aktif dalam gerakan laskar-laskar perjuangan seperti GPII, Hizbullah, Sabilillah, dan gerakan Mujahidin.
2. KH. A Wahab Chasbullah: Ulama Modern dan Pahlawan Nasional
KH A. Wahab Chasbullah, lahir pada 31 Maret 1888 di Jombang dan meninggal pada 29 Desember 1971, adalah seorang ulama dan pendiri Nahdlatul Ulama. Beliau dikenal sebagai ulama yang berpandangan modern. Salah satu kontribusi pentingnya adalah mendirikan surat kabar harian “Soeara Nahdlatul Oelama” atau Soeara NO. Pada tahun 2014, Presiden Joko Widodo mengangkatnya sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.
Beliau juga dikenal sebagai pengarang syair “Ya Lal Wathon,” yang banyak dinyanyikan di kalangan Nahdliyyin. KH A. Wahab Chasbullah memegang teguh prinsip kebebasan berpikir dan berpendapat, dan ia membentuk kelompok diskusi “Tashwirul Afkar” pada tahun 1914.
3. KH. Bisri Syansuri: Ulama dan Tokoh Politik
KH Bisri Syansuri, lahir pada 18 September 1886 di Pati, Jawa Tengah, dan meninggal pada 25 April 1980 di Jombang, adalah seorang ulama dan tokoh Nahdlatul Ulama (NU). Ia adalah pendiri Pondok Pesantren Denanyar, Jombang, dan dikenal atas penguasaannya dalam bidang fikih agama Islam. Selain aktif dalam bidang agama, Bisri Syansuri juga terlibat dalam politik dan merupakan kakek dari Abdurrahman Wahid, Presiden Republik Indonesia keempat.
4. KH. Romli Tamim: Penyusun Istighosah
KH Romli Tamim adalah tokoh yang terkait dengan teks Istighosah di kalangan Nahdliyyin. Para santri Pondok Njoso biasa menyebutnya dengan sebutan “Mbah Yai Romli.” Beliau adalah pengasuh Pondok Njoso generasi kedua. Beliau memainkan peran penting dalam Thoriqoh Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah di Indonesia.
5. KH. A Wahid Hasyim: Pahlawan Nasional dan Ayah dari Presiden
KH A. Wahid Hasyim, lahir pada 1 Juni 1914 di Jombang, adalah seorang pahlawan nasional Indonesia dan menteri negara dalam kabinet pertama Indonesia. Beliau adalah ayah dari Presiden keempat Indonesia, Abdurrahman Wahid, dan anak dari Hasyim Asy’arie, salah satu pahlawan nasional Indonesia. KH A. Wahid Hasyim dimakamkan di Tebuireng, Jombang. Selain terlibat dalam politik, ia juga mendirikan Sekolah Tinggi Islam di Jakarta pada tahun 1944.
6. KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur): Presiden keempat Indonesia
Gus Dur adalah tokoh Muslim Indonesia dan pemimpin politik yang menjadi Presiden Indonesia yang keempat dari tahun 1999 hingga 2001. Ia menggantikan Presiden B.J. Habibie setelah dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat hasil Pemilu 1999. Kepemimpinannya didukung oleh Kabinet Persatuan Nasional. Gus Dur juga merupakan mantan ketua Tanfidziyah Nahdlatul Ulama dan pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
7. Emha Ainun Najib (Cak Nun): Intelektual dan Seniman
Emha Ainun Najib atau Cak Nun adalah seorang tokoh intelektual berkebangsaan Indonesia yang mengusung napas Islami. Beliau juga dikenal sebagai seniman, budayawan, penyair, dan pemikir. Emha Ainun Najib memberikan kontribusi penting dalam pemikiran Islam dan seni melalui buku-buku yang ditulisnya.
8. Nurcholish Madjid: Pemikir dan Cendekiawan
Prof. Dr. Nurcholish Madjid, M.A., populer dengan nama Cak Nur, adalah seorang pemikir Islam, cendekiawan, dan budayawan Indonesia. Beliau memiliki sejarah panjang dalam aktivisme dan pemikiran Islam, serta pernah menjadi Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Nurcholish Madjid menjadi satu-satunya tokoh yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum HMI selama dua periode. Gagasannya tentang sekularisasi dan pluralisme telah menimbulkan kontroversi dan mendapat banyak perhatian.
9. KH Salahuddin Wahid (Gus Solah): Aktivis dan Politisi
KH Salahuddin Wahid atau Gus Solah adalah seorang aktivis, ulama, politisi, dan tokoh Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia. Ia pernah menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada masa awal reformasi 1998. Gus Solah juga menjabat sebagai Wakil Ketua Komnas HAM. Ia merupakan putra dari pendiri Nahdlatul Ulama, K.H. Hasyim Asy’ari, dan adik kandung dari mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Penutup
Kabupaten Jombang, yang sering disebut sebagai Kota Santri, telah melahirkan sejumlah tokoh besar yang memberikan sumbangan besar bagi bangsa Indonesia. Warisan pemikiran dan aksi mereka masih terasa hingga saat ini. Semoga kita terus mengenang dan menghargai jasa-jasa para tokoh hebat ini dalam memajukan bangsa dan negara.***