Pada zaman dahulu kala, hiduplah dua orang janda. Janda pertama hidup dalam kemiskinan. Akan tetapi, ia sangat suka bersedekah dan membantu orang yang sedang kesusahan. Karena sifatnya tersebut, banyak orang yang menyukai dan menghormatinya.
Sedangkan janda kedua adalah seorang janda yang sangat kaya. Sayangnya, ia memiliki sifat yang kikir dan pendendam. Itulah sebabnya banyak orang tidak menyukainya.
Pada suatu hari, seorang pengemis tua datang ke rumah seorang janda miskin. Ia meminta sedekah kepada janda miskin tersebut. Janda tersebut merasa iba dan mempersilakan pengemis tua tersebut untuk masuk.
“Maaf, Nek. Saya tidak punya uang. Tapi kalau Nek mau, saya punya makanan untuk Nek,” kata janda tersebut.
“Tidak apa-apa, Nak. Saya juga akan senang jika kamu memberi saya makan. “Sudah dua hari ini aku tidak makan,” kata pengemis tua itu.
Janda miskin itu lalu memberikan dua potong roti kepada pengemis itu dan memberinya semangkuk madu untuk dioleskan pada roti itu. Padahal hanya itu yang dimilikinya. Ia tidak punya apa-apa lagi untuk dimakan.
“Ah, sudahlah. Aku masih kuat jika tidak makan hari ini. Aku akan mencari buah-buahan di hutan untuk dimakan besok. Yang penting Nenek tidak lapar,” kata janda itu dalam hati.
Pengemis tua itu makan dengan lahap. Setelah selesai makan, ia berpamitan kepada janda miskin itu.
“Oh iya, Nak. Terima kasih atas kebaikanmu. “Sebagai ucapan terima kasih, aku akan menggandakan apa pun yang kau sentuh setelah aku pergi,” kata pengemis itu. Setelah itu, pengemis itu pun pergi meninggalkan rumah janda miskin itu.
Setelah pengemis itu pergi, janda miskin itu pun masuk ke dalam rumah. Ia tidak memikirkan perkataan pengemis itu. Ia dengan tulus membantu pengemis itu tanpa mengharapkan imbalan apa pun. Saat berada di dalam rumah, ia melihat sisa-sisa makanan si pengemis. Ternyata masih ada sedikit madu yang tersisa di mangkuk itu. Janda itu kemudian mengambil mangkuk madu itu dan menuangkan sisa madu itu ke dalam botol tempat ia biasa menyimpan madu. Setelah itu, ia pergi ke hutan untuk mencari buah-buahan untuk dimakan.
Keesokan harinya, ia mengambil botol madu itu dan menuangkan isinya ke dalam cangkir untuk diminum. Ajaibnya, madu yang kemarin hanya tersisa sedikit kini dapat memenuhi cangkir itu. Janda itu pun terkejut. Ia kemudian mencoba menuangkan madu itu ke dalam toples besar. Dan ternyata toples itu dapat terisi madu. Janda itu kemudian teringat dengan ucapan pengemis tua itu kemarin. Ia merasa bersyukur karena berkat keajaiban sang pengemis, kini ia bisa menjual madunya.
Sejak saat itu, janda miskin itu mulai berjualan madu. Karena madu yang dijualnya berkualitas tinggi, banyak orang yang membelinya meski dengan harga yang mahal. Akhirnya, janda itu bisa hidup berkecukupan dan menjadi kaya raya. Namun, ia tetap suka menolong dan murah hati.
Kisah janda miskin yang menjadi kaya raya itu akhirnya didengar oleh janda kaya itu. Ia merasa iri dengan keberuntungan janda miskin itu. Maka ia pun menyusun rencana agar ia bisa mendapatkan keajaiban itu juga. Ia kemudian memerintahkan pembantunya untuk mencari pengemis tua itu dan membawanya ke rumahnya.
Ketika pembantunya datang bersama pengemis tua itu, janda itu sangat senang. Ia menjamu pengemis tua itu dengan berbagai makanan lezat. Setelah merasa kenyang, pengemis tua itu pun berpamitan. Seperti sebelumnya, ia juga mengucapkan hal yang sama kepada janda kaya itu. Janda kaya itu sangat senang dan menghadiahi pengemis itu dengan sejumlah uang logam.
Setelah pengemis tua itu pergi, janda itu pun segera masuk ke dalam rumahnya. Ia ingin segera memegang perhiasannya yang tersimpan di kamarnya agar bertambah banyak. Celakanya, ketika melewati meja makan, tanpa sengaja tangannya menyentuh teko yang berisi air. Sebuah keajaiban terjadi. Air yang tumpah dari teko itu terus mengalir tanpa bisa dihentikan. Akhirnya, air itu membanjiri rumah janda kaya itu dan menenggelamkan janda itu beserta seluruh hartanya. Janda itu pun meninggal karena keserakahannya.